Sebenarnya dalam benakku selalu mempertanyakan,
“Apa yang sedang terjadi pada manusia yang bernama kita?”
Kau nampaknya sangat sangat berbeda dengan kehadiranmu yang pertama dulu
Bagaimana tidak, kau yang dulu aku syukuri di setiap sujud, ekarang kau menjadi manusia bernama, namun tak berwujud
Kau yang dulu dikagumi karena kesucian hati
Kata orang, sekarang kau malah menjadi kacang yang lupa diri
Apakah kau menyadari itu?
Ok. Mohon maaf, mungkin aku terlalu basa-basi yang basi
Tapi tolong sebentar saja izinkan suara ini mewakili isi hati, tanpa mengurangi kepercayaan diri, dan tanpa mengurangi rasa tawakal pada sang ilahi, kuberanikan diri untuk mengungkapkan kata hati
Mungkin karena aku yang sudah tak kuasa lagi menghadapi pahitnya kenyataan, atau mungkin hanya tidak bisa menahan ketidakjelasan
Plis.
Hanya untuk kali ini, aku sangat mengharap jawaban serta kejujuranmu
Kali ini saja.
Aku tak ingin jawaban baik harus keluar dari mulutmu
Aku hanya ingin kejujuran hatimu sendiri yang menjawab ini.
Aku siap
untuk baik-baik saja
Jadi, masih adakah rasa cinta kepadaku seperti yang pernah kau ungkapkan dulu?
Maaf sebelumnya aku bertanya seperti ini
Aku hanya ingin memastikan
Supaya nanti tak ada lagi doa yang tersampaikan hanya untuk hati yang salah
Supaya nanti tak ada lagi harapan pada hati yang malah berbalik arah
Supaya nanti tak ada lagi hati yang menjadi tumbal karena racun cinta yang membuat lemah
Kamu tahu,
Bukan berarti selama ini aku diam, aku merelakan
Bukan berarti selama ini aku tersenyum, karena selalu datang kebahagiaan
Aku hanya tak ingin mata orang-orang di sana mengetahui kelemahan, atau bahkan mereka prihatin atas kenyataan
Aku hanya ingin mereka melihat teman yang baik-baik saja, meski dengan kenyataan yang sebaliknya.
Dan juga, agar mereka tak lagi salah paham tentang kita saat ini
Kamu tahu?
Setiap hari sebenarnya aku selalu mempertahankan rasa khusnudzan ini terus bertahan, meski dalam diam
Setiap hari aku mencoba menangkis menghilangkan dengan segera perkataan teman, agar rasa sakit ini tidak semakin mendalam
Setiap hari aku selalu menahan mata, untuk membantu menahan airnya yang setiap kali ingin keluar karena kecemburuan
Semua itu aku pertahankan karena sebelumnya aku yakin akan adanya kebaikan di masa yang akan datang, meski nyatanya masih dipertanyakan
Aku berharap, mungkin dengan ini aku akan lebih dapat menata hidup lagi
Sungguh, aku siap menerima keputusan
Masih atau tidak, aku akan dengarkan
Supaya jika jawabannya adalah tidak, aku akan atur hati ini supaya tidak lagi salah bertindak.
Supaya janji-janjimu ketika hujan, panas, dan semi dulu dihilangkan dan tidak lagi menjadi harapan
Dan supaya silaturahmi di antara kita tetap berjalan, walau hanya sekadar teman
Tolong segera kirimkan jawaban
Bersama Allah kan ku saksikan
Maaf sebelumnya jika aku terkesan memaksakan
Setidaknya jika hati ini sedang berantakan, aku bisa bersiap untuk membereskan
Dari aku yang pandai menyembunyikan perasaan.
1 Komentar
Saran, Kak. Mungkin untuk penataan penulisan bisa lebih dirapikan agar anak untuk dibaca 😁
BalasHapus